Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Ir. Panggah Susanto, MM, meresmikan pembangunan Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Kakao Terpadu di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (15/8).Pabrik yang dibangun di tengah kawasan perkebunan kakao milik UGM yang dikelola PT Pagilaran seluas 208 hektar ini dibangun untuk memanfaatkan potensi komoditas kakao di Indonesia serta menjawab kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri.
“Potensi komoditas kita sesungguhnya sangat luar biasa, tapi belum terwujud menjadi penggerak ekonomi bangsa. Karena itu, melalui proyek ini, mari kita bersama-sama mewujudkannya,” ujar Panggah sebelum melakukan ground breaking pembangunan pabriik secara simbolis dengan membunyikan sirene.
Panggah menuturkan, kerja sama antara Kementerian Perindustrian dengan UGM untuk membangun proyek ini bermula dari kunjungan rektor UGM ke Menteri Perindustrian beberapa waktu yang lalu. Kementerian Perindustrian kemudian menyetujui proposal pengembangan industri kakao yang diajukan oleh UGM karena hal ini dipercaya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan nasional.
“Kami percaya kepada pengalaman serta komitmen PT Pagilaran untuk mengelola pabrik ini,” ucapnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Bupati Batang, H. Wihaji, S.Ag., M.Pd., yang turut mendampingi Panggah dalam peresmian ini. Ia menyambut baik kerja sama ini sebagai salah satu sarana untuk mencapai target pemerintah daerah dalam menciptakan lapangan kerja baru serta membentuk 1000 wirausahawan baru.
“Harapannya akan ada kerja sama yang baik, dan ini akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan bermanfaat bukan hanya untuk riset tapi juga bagi masyarakat,” kata Wihaji.
Direktur PT Pagilaran, Dr. Ir. Rachmad Dunadi, M.Si., menuturkan rancangan pembangunan industri ini dicetuskan ketika melihat berbagai persoalan yang dihadapi oleh para petani kakao, khususnya terkait harga jual kakao di pasar yang dirasa kurang menguntungkan.
“Selama ini petani banyak menghadapi kendala harga di pasar. Maka, kami pikir andaikan bisa membangkitkan industri primer dan dikelola secara terpadu, harga bahan baku ini tidak lagi menjadi isu yang memojokkan petani dan yang membuat mereka tidak lagi tertarik untuk menanam kakao,” tuturnya.
Rachmad menambahkan, pabrik ini nantinya akan memproduksi berbagai produk olahan kakao seperti cocoa butter yang dapat menjadi komoditas ekspor. Dengan berdirinya industri ini, lanjutnya, diharapkan keinginan warga setempat untuk menanam kakao pun dapat kembali meningkat karena dapat dijual sebagai bahan baku industri yang akan dibangun.
“Mudah-mudahan jadi ada alasan kuat untuk membangkitkan kembali perkebunan rakyat. Kami akan menjadi pembeli utama dari produk biji kakao yang dihasilkan petani,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni, Dr. Paripurna, S.H., LL.M., menyatakan bahwa hal ini adalah wujud dari pentahelix atau kerja sama lintas lembaga dan lintas disiplin yang dituju oleh UGM, juga sebagai sarana hilirisasi hasil-hasil riset menjadi inovasi sosial yang mengiringi Indonesia di dalam kompetisi global.
“Sudah sejak lama UGM menginginkan suatu bentuk kerja sama pentahelix. Terima kasih kepada Direktur Pagilaran yang sudah mewujudkan hal tersebut,” ujar Paripurna.
Selain seremonial ground breaking, dalam kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan kerja sama tripartit antara UGM, Kementerian Perindustrian, serta Pemerintah Kabupaten Batang. Kerja sama ini diharapkan dapat membuka jalan bagi upaya-upaya kerja sama strategis yang telah diawali di Pusat Pengembangan Industri Kakao sebagai model dari pembangunan pusat-pusat industri agribisnis lainnya. (Humas UGM/Gloria)