Tujuh orang mahasiswa UGM berkesempatan mengikuti NUS Enterprise Summer Program on Entrepreneurship selama dua minggu di Singapura pada bulan Juli ini. Ketujuah mahasiswa tersebut adalah Sebastian Alex Dharmawangsa, Nogati Chairunnisa, Aa Nanda N. Megatus, Sulaiman Gumilang, M. Wyndham H. Permana, Dave Rinatza Zain, Dimas D. Andini Friasari. Para mahasiswa ini merupakan jebolan dari peserta Innovative Academy (IA) yang berhasil mendapatkan beasiswa dari Temasek Foundation International – National University of Singapore STEP Entrepreneurship Initiative 2018 Scholarship untuk bisa mengikuti program ini.
Sebastian Alex Dharmawangsa mengaku senang dan bangga bisa lolos mendapatkan beasiswa dalam program NUS Enterprise untuk mendukung pengembangan startup yang sudah dirintisnya. “Program ini menawarkan kesempatan unik bagi kami untuk belajar dan memperoleh inspirasi dalam pengembangan kewirausahaan,” katanya.
Seperti diketahui, dalam NUS Enterprise Summer Program, ketujuh mahasiswa UGM ini akan bergabung dengan 40-60 mahasiswa dari berbagai negara lainnya untuk mengikuti proses pembelajaran dan pengalaman praktik bisnis dan pengembangan kewirausahaan di Singapura.
Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Dr. Hargo Utomo, dalam pengarahannya mengatakan ketujuh orang mahasiswa ini merupakan duta UGM dalam bidang pengembangan bisnis startup sehingga diharapkan mereka bisa bertukar pengalaman dengan sesama pelaku startup lainnya dari negara lain. “Kalian adalah duta UGM untuk startup dan bisa membawa nama UGM maupun Indonesia,” katanya.
Hargo juga meminta pada ketujuh mahasiswa untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan selama dua minggu untuk menggali pengalaman, bahkan bisa menarik investor yang tertarik menanamkan modal usahanya pada bisnis startup yang sudah mereka rintis. Sebab, kata Hargo, dalam summer program tersebut para mahasiswa akan menemui berbagai perusahaan pemilik modal ventura. “Setidaknya pulang dari sana dapat ide dan informasi misalnya dari sisi teknologi atau dari kebijakan, kalau ada investor bawa ke Indonesia,” katanya.
Menurut Hargo pengembangan pendidikan bisnis startup di Singapura tidak kalah jauh berbeda dengan program Innovative Academy di UGM. Di Singapura umumnya pelaku bisnis startup lebih menekankan pada penguasaan teknologi namun minim dari kepekaan sosial bisnis dan penguasaan peta demografi. “Mereka lebih menonjolkan dari aspek teknikal seperti coding namun aspek sosial tidak, kepekaan kepentingan nation dan demografik saya kira masih minim dibanding kita,” katanya
Selain menyerap pengetahuan dan wawasan yang diperoleh selama kegiatan, Hargo berharap tim Innovative Academy dapat merepresentasikan sosok generasi milenial di Indonesia yang memiliki semangat socio-entrepreneurial dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan bangsa melalui solusi digital. (Humas UGM/Gusti Grehenson)