Innovative Talk sebagai bagian dari acara Innovative Academy program entrepreneur Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi Universitas Gadjah mada (UGM) bekerjasama dengan Kibar, diselenggarakan di Graha Sabha Pramana UGM, Selasa (29/9/2015).
Innovative Talk merupakan seminar entrepreneur kolaborasi antara Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM dan Zilliun. Tema yang diangkat dalam Innovative Talk adalah Digital Ecosystem for Social Change. Beberapa pembicara yang hadir adalah perwakilan 8village, Google Indonesia, GoArchipelago, iGrow.Asia, Kibar dan Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM.
Shinto Nugroho, Head Of Public Policy and Government Relationship Google Indonesia, menuturkan, sekitar 50% lebih populasi di Indonesia adalah masyarakat digital native, yang sudah melek teknologi.
“Begitu bisa baca tulis, usia 5 tahun, sudah kenal namanya internet. Mencari informasi, berbagi informasi, pokoknya internet bagian dari kehidupan, ” tutur Shinto.
Shinto mengatakan, orang Indonesia memiliki kegemaran untuk mencoba hal baru, namun hanya sampai pada potensi sebagai user. Masih sedikit sekali, ditemukan sang kreator yang mampu menciptakan hal baru.
“Namun bagaimana dengan kreator baru? Jangan sampai hanya sebagai user saja, kita harus terus belajar, sampai mampu menciptakan aplikasi baru, ” tuturnya.
Shinto menambahkan, para pengembang dituntut untuk bisa learn to code, dari belajar meng-coding yang merupakan skill dasar yang harus dimiliki.
Setelah itu gagasan pembuatannya yang harus kreatif dan hasil yang dibuat harus menjadi solusi masalah pada masyarakat.
“Buat app yang langsung dapat menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat,” ujarnya.
Dr. Hargo Utomo, M.B.A., Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, mengatakan bahwa Innovative Academy ini merupakan bagian dari perubahan untuk membangun bangsa yang baik ke depan.
Ia menghimbau kepada mahasiswa untuk tak hanya demo, melampiaskan emosi, tapi tak pernah memberikan solusi. Dengan kecerdasan dapat memberikan solusi kepada lingkungan masyarakat.
“Mulailah dengan solusi yang dekat. Kita ingin mengubah menjadi orang yang memberikan solusi yang nyata ke masyarakat, ” ujarnya.
Yansen Kamto, Chief Eksekutif Kibar, mengatakan ini satu kesempatan yang benar-benar harus dimanfaatkan. UGM telah berinisiatif untuk membangun program ini, sehingga kesempatan terciptanya kreasi app baru semakin banyak.
“Kita melihat bahwa masalah adalah sebuah peluang untuk menghadirkan solusi untuk mengembangkan produk startup yang inovatif, ” ujar Yansen.
Bersamaan dengan Innovative Talk, Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D., mengumumkan dibukanya Innovative Academy #3, untuk menjaring ide-ide kreatif baru yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM. Pendaftaran dapat dilakukan secara online di www.innovative.ugm.ac.id.
Di sesi terakhir, tiga narasumber dari berbagai startup terkini memaparkan pengalamannya dalam membangun startup. Sanny Gaddafi berbagi pengalamannya dalam membangun 8villages, aplikasi ponsel untuk dunia pertanian. 8villages memanfaatkan teknologi ponsel untuk kebutuhan bisnis yang memungkinkan users berkomunikasi secara langsung dengan petani pada skala tertentu, mendapatkan pengetahuan yang relevan, dan meningkatkan keterlibatan konsumen.
Henry Vienayoko, GoArchipelago memaparkan startup-nya merupakan komunitas traveler yang ingin menunjukkan sensasi traveling sesuai dengan kehidupan sehari-hari penduduk lokal setempat. GoArchipelago adalah aplikasi yang sesuai bagi traveler yang memiliki jiwa petualangan dan ingin menikmati “jalan-jalan” dari sisi yang berbeda. Dalam situsnya salah satu favourite journey di yang terletak di Semarang-Ambarawa-Bandungan selama 2 hari. Travelers dapat menikmati 5 senses experience: sight (monument, temple, old train, and nature), hear (birds and fisherman), touch (goosebumps), taste (traditional local food) and scent (local food and fresh air).
Andreas Senjaya dengan startup-nya iGrow.asia menjelaskan bahwa ia membangun cloud platform bagi orang-orang yang tertarik dalam bidang pertanian, tetapi memiliki keterbatasan lahan, pengetahuan dalam menanam dan memanennya. Selama ini iGrow.asia telah menanam lebih dari 27.000 bibit dan telah membantu mengurangi emisi karbon sekitar 150.000 kg. Diantaranya bibit-bibit yang disediakan, yaitu: pisang, kacang, karet, durian, dan anggur.