Program entrepreneur Innovative Academy 2.0 sudah berjalan selama 3 bulan dan memasuki masa graduation. Setidaknya sebanyak 45 orang dari 70 orang yang lolos selesi interview mampu survive dalam program inkubasi bisnis berbasis teknologi informasi dan komunukasi yang dilaksanakan di Entrepreneur Development Service (EDS), Jl. Asem Kranji K-7, Sekip Yogyakarta ini. Para peserta yang survie, terbukti mampu membentuk kelompok yang terbagi menjadi 9 tim, diantaranya: Calova , Footer, Hipstime, Mediglows, Otoman, Pasienia, Pijar Psikologi, Satelion, dan Sulinda, yang ide bisnis mereka tidak kalah hebat dengan generasi pertama Innovative Academy, seperti Barbekos, Galanggo, dan Wemary.
Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi (PUI) UGM, Dr. Hargo Utomo, M.B.A., menyampaikan bahwa UGM terus mendorong terbentuknya mahasiswa wirausaha. Salah satunya melalui program Innovative Academy guna melahirkan lebih banyak pengusaha muda. “UGM mendorong munculnya entrepreneur yang memiliki kepedulian sosial, peduli terhadap persoalan lingkungan serta memiliki passion untuk mengembangkan usaha. Jadi tidak hanya enterprenuer yang kapitalis,” urainya, baru-baru ini saat membuka acara program mentoring Innovative Academi 2.0 Graduation di UC UGM.
Dihadapan para mahasiwa peserta Innovative Academy, Hargo mengucapkan selamat kepada para mahasiswa yang telah berhasil lolos seleksi dalam program ini. Ia berharap dengan program ini bisa membekali mahasiswa dan mampu menjadikan sebagai pemimpin bangsa di masa depan. “Setelah lulus dari program ini rencananya akan ada mentoring lanjutan yang lebih terstruktur sehingga harapannya lulusan program ini bisa survive,” tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM, Dr. Paripurna P. Sugarda, S.H.,L.LM., mengatakan program Innovative Academy ini merupakan sebuah upaya untuk mendobrak budaya konsumerisme. Pasalnya selama ini mindshet mahasiswa Indonesia masih berorientasi pada konsumerisme. Hal tersebut sangat berbeda dengan Jepang yang kebanyakan mahaiswanya telah berorientasi pada teknologi. “Program Innovative Academy ini mencoba dobrak budaya konsumerisme untuk menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Bahkan lebih dari itu bisa menciptakan kebutuhan baru bagi konsumen,”jelasnya.
Menurutnya, keberadaan program ini tepat disaat UGM mencanangkan sebagai social enterpreneur university yang berorientasi pada kemanfaatan sosial. Melalui program ini diharapkan UGM dapat menjadi perintis dalam mengubah kebiasaan masyarakat konsumtif menjadi lebih inovatif dan produktif.
Innovative Academy merupakan program yang dikembangkan UGM bekerjasama dengan Kibar. Dalam kesempatan tersebut juga menghadirkan Chief Excecutive PT. Kibar Kreasi Indonesia, Yansen Kamto yang banyak memberikan dorongan serta kiat bagi mahasiswa dalam berwirausaha. Para praktisi bisnis berbasis teknologi informasi dan komunikasi, seperti Eric Tjecep “Ezytravel”, Ridy Lie “Former Software Engineer, Amazon.com”, Guntur Sarwohadi “Magphi Game”, dan Afrizal Hernandar “GMUM” serta para akademisi, seperti Widyawan, S.T., M.T., Ph.D. “Direktur Sistem dan Sumber Daya Informasi UGM” dan Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D. “Kasubdit Inkubasi Direktorat Pengebangan Usaha dan Inkubasi UGM”, turut hadir sebagai juri yang akan menentukan 3 top startup. Setelah melalui penilaian yang ketat, terpilih 3 startup, yakni Mediglows, Pasienia dan Otoman yang akan mendapatkan reward berupa company tour di Jakarta untuk mempelajari bagaimana cara menjalankan perusahaan dan sekaligus sebagai gambaran untuk menjalankan acceleration program setelah tahap mentorship berakhir.