Innovating Jogja merupakan program yang diinisiasi oleh Balai-balai Besar Industri di bawah Kementerian Perindustrian, EU-Indonesia Trade Cooperation Facility (TCF) dan Bank BNI. Tak luput pula, Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai universitas yang berbasis Socio-Entrepreneur ikut andil dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan studi EU-Indonesia TCF, Jogja menjadi daerah yang memiliki potensi inovasi bisnis yang layak untuk dikembangkan.
Pada hari Sabtu, 30 Juli 2016, penyelenggaraan program Innovating Jogja sukses terlaksana di Ruang A, Lantai 1 Gedung Grha Sabha Pramana. Program tersebut dimulai dengan presentasi terbuka yang disampaikan oleh Firrisky Nurtomo (Senior Advisor European Union Desk BKPM) sekaligus sebagai wakil dari EU-Indonesia TCF. Beliau mengungkapkan bahwa, “Jogja dijadikan sebagai Pilot Project dari program resmi pemerintah yang pendanaannya didukung oleh Bank BNI. Program ini berupa kompetisi dalam menciptakan inovasi bisnis di bidang batik, barang kulit, atau kerajinan yang tepat guna dan daya. Jenis inovasi dapat berupa sistem marketing ataupun pewarnaan pada batik, dan lain sebagainya”.
Beliau menuturkan, “Produk inovasi dapat dikemas sebagai produk digital, jasa, maupun hasil produk. Konsep Innovating Jogja diselenggarakan dalam rangka untuk meningkatkan daya saing komersial dan produktifitas sektor industri batik, kulit, dan kerajinan, termasuk pula potensi ekspor melalui pendekatan inovasi. Selain itu, harapannya dapat dihasilkan perusahaan start-up baru dari bisnis yang ada dan yang sedang berkembang melalui pengembangan inovasi yang mampu untuk sustain”.
Kementerian Perindustrian yang hadir, diwakili oleh Ir. Isananto Winursito, M.Eng, Ph.D. selaku Kepala Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) mengatakan bahwa, ruang lingkup dalam program Innovating Jogja dibatasi pada industri batik, kulit, dan kerajinan. Untuk sektor keramik dan gerabah belum dapat ikut serta. Kemudian, lokasi pun dibatasi hanya untuk wilayah Jogja. Luar Jogja, seperti Semarang jika hendak mengikuti program ini diberlakukan syarat dan ketentuan khusus. Tidak ada batasan umur untuk mengikuti program Innovating Jogja.
Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D, sebagai Kasubdit Inkubasi Universitas Gadjah Mada mendukung sepenuhnya program Innovating Jogja. “Generasi Jogja yang memiliki ide-ide kreatif dapat bertemu satu sama lain dalam program Innovating Jogja untuk menciptakan inovasi”, ujar Kompiang.
Beliau pun menegaskan bahwa, dalam membuat suatu inovasi yang produknya berupa produk digital, tidak dapat berdiri sendiri. Produk tersebut membutuhkan dukungan dari Pemerintah dan Swasta, untuk bersama-sama mengakselerasi produk digital yang dapat memajukan sektor ekonomi.
“Innovating Jogja sama halnya dengan program Innovative Academy yang dimotori oleh Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM membuat produk digital for life. Bisnis produk digital yang bergerak dalam berbagai bidang, difasilitasi dengan mentorship di Entrepreneur Development Service (EDS) UGM. Hasil inovasi generasi muda Indonesia harus dikombinasikan dengan promosi yang lebih luas untuk memasarkan produk inovasinya”, urai Kompiang.
Dalam presentasi tersebut, Firrisky Nurtomoi memaparkan pula tahap-tahap dalam mengikuti Innovating Jogja. “Program Innovating Jogja terdiri dari seleksi administrasi. Program Innovating Jogja ini dapat diikuti oleh civitas akademika maupun masyarakat umum yang tertarik dalam produktifitas sektor industri batik, kulit dan kerajinan, dengan ketentuan kegiatan produksinya berada di Jogja. Selanjutnya adalah kegiatan Boot Camp selama 3 hari, lalu kandidat akan diseleksi menjadi 12 peserta. Peserta yang lolos tersebut akan mengikuti tahap Inkubasi, Program Akselerasi. Dan pada akhirnya, ide inovasi tersebut direalisasikan menjadi prototype digital atau barang. Peserta yang dinyatakan lolos menjadi juara hanya diambil 3-6 peserta saja, yang akan diberikan modal/reward dan pendampingan oleh Bank BNI agar Sustain, sehingga mampu untuk Go International”, ungkap Firrisky .
“Jangan ragu-ragu untuk mengikuti program Innovating Jogja, baik mendaftar secara individu maupun tim. Satu orang yang mengirimkan proposal bisnis dengan ide yang berbeda diperbolehkan untuk mendaftar. Karena yang menjadi penilaian tim juri adalah proposal bisnisnya”, pungkas Firrisky .
Kepala Sentra Kredit Kecil BNI menjelaskan bahwa, “Dana yang akan menjadi reward tersebut didapatkan dari dana Corporate social responsibility (CSR), yang disesuaikan dengan kebutuhan usaha dan kelangsungan usaha untuk mengarah pada bisnis komersial”.
Peserta yang hadir dalam program Innovating Jogja sangat antusias dalam mengikuti presentasi. Pada termin tanya-jawab, peserta yang aktif mendapatkan bingkisan menarik dari Bank BNI.