Walikota Surabaya, Tri Rismaharini melakukan dialog membangun e-gov di Entrepreneur Development Service, pada hari Selasa 25 Agustus 2015. Dihadapan startups Universitas Gadjah Mada kerjasama dengan Kibar, Risma membagi pengalaman keberhasilannya dalam membangun Kota Surabaya selama lima tahun terakhir.
Risma mengatakan Surabaya selama ini dikenal sebagai kota yang kotor, panas, dan masyarakat yang keras kepala. Karenanya ia berupaya untuk mengubah citra buruk tersebut menjadi lebih positif. “Dulu Surabaya itu terkenal dengan hal-hal jelek semua, panas, kotor, wajah yang keras kepala, bonex, dan banyak nyamuk. Hal ini yang coba saya ubah agar Surabaya tidak terlalu keras,”tuturnya.
Guna menyukseskan implementasi program kebersihan tersebut, ia pun tidak segan-segan untuk turun langsung di lapangan untuk membersihkan lingkungan. Setiap hari Risma berkeliling ke kampung-kampung di Kota Surabaya untuk mengajari warga menjaga kebersihan. “ Saya selalu bawah sapu dan tempat sampah di mobil. Begitu lihat sampah saya bersihkan sendiri , warga pun jadi sungkan akhirnya ikut membersihkan karena merasa malu,”ungkapnya.
Meningkatnya kesadaran warga masyarakat Kota Surabaya untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan berimbas pada peningkatan kualitas kesehatan warganya. Terjadi penurunan timbulnya penyakit di Surabaya karena kebersihan terjaga. “Jumlah sampah yang masuk ke TPA berkurang karen awarga sudah mulai mengolah sampah sendiri,”ujarnya.
Untuk memudahkan dan memperlancar pelayanan publik, Risma memanfaatkan IT dalam setiap aspek kehidupan. Salah satunya untuk menjaga keamanan kota. “Jangan takut kalau ke Surabaya, aman karena ada CCTV yang dipasang di 1.000 titik,”terangnya.
Program pendidikan turut menjadi fokus yang dikejar dalam pembangunan Kota Surabaya. Beberapa diantaranya dengan membangun lebih dari 1000 perpustakaan di kampung-kampung Surabaya yang dijaga oleh pustakawan profesional. “Dulu indeks pembangunan manusia di Surabaya tidak merata, tapi sekarang indeknya hampir di angka 8 dengan membangun perpustakaan di 1.000 titik . Anak-anak kampung semakin banyak yang menorehkan prestasi,”tuturnya.
Disamping itu untuk membekali dan menyiapkan warganya menghadapi MEA 2015 ia telah membuatkan fasilitas pusat pelatihan bahasa. Tidak tanggung-tanggung, Risma membuat pelatihan 12 bahasa asing secara gratis. Selain itu juga memberikan pelatihan pemasaran bagi pelaku UKM.
Risma mengakui membangun sumber daya manusia bukanlah hal yang mudah. Tidak seperti membangun fasilitas fisik yang hasilnya bisa terlihat dengan cepat, pembangunan SDM membutuhkan proses panjang dan memakan waktu. “Membangun SDM susah terlihat secara fisik, namun ini harus dilakukan untuk membangun Indonesia kearah yang lebih baik,”tandasnya
Pada sesi tanya-jawab, Silva dari mediglows menanyakan tentang cara memasarkan produknya supaya orang mau menggunakan produknya. Mediglows adalah alat penerangan yang dapat digunakan dibalik sarung tangan medis oleh dokter saat pemeriksaan gigi dan mulut.
“Kalian harus mulai menggunakan produk kalian sendiri. Jangan pernah berpikir orang lain akan mau menggunakan produk kalian, jika kalian sendiri tidak menggunakannya,” tegas Risma.