Sejalan dengan visi Universitas Gadjah Mada (UGM), sebagai “Socio-Entrepreneur University”, kegiatan entrepreneur semakin ditingkatkan. Di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian, Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) dengan programnya PKM AI & GT berkolaborasi dengan Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi (Dit. PUI) melalui programnya Innovative Talk.
Innovative Talk dengan tema ““Startup Landscape & Opportunity” sebagai bagian dari sosialisasi Innovative Academy 2.0, diselenggarakan pada tanggal 24 Februari 2015, dihadiri oleh sekitar 320 mahasiswa dari berbagai fakultas dan program studi. Acara yang dibuka oleh Yansen Kamto (CEO, PT. Kibar Kreasi Indonesia), berusaha untuk membuka mindset para peserta tentang entrepreneur. Dalam presentasi yang berjudul “Moonshot Thinking”, Yansen menjelaskan bahwa radical change harus dilakukan, diantaranya: 10 times imporovements, faster, and risk taker. “Huge problem dapat diselesaikan dengan radical solution melalui technology, “ tegasnya.
Sesi berikutnya, dilanjutkan oleh Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D., Kasubdit Inkubasi Dit. PUI, menjelaskan program Innovative Academy 1.0, dimana dari 200 orang peserta dan kemudian tereliminasi menjadi 3 tim: barbekos, galanggo, dan wemary.
“Innovative Academy 1.0 dilaksanakan selama 18 minggu dan atas evaluasi serta usulan dari berbagai pihak, maka Innovative Academy 2.0 akan dilaksanakan selama 9 minggu saja, “ jelas Kompiang. Menurutnya, keunggulan Innovative Academy 2.0 adalah adanya mentorship dari setiap minggu dengan tema yang berbeda-beda. Disampaikan pula, bahwa registrasi dilaksanakan secara online melalui website innovative.ugm.ac.id
Panel session, merupakan sesi terakhir dengan menghadirkan narasumber Widyawan, S.T., M.Sc., Ph.D. (Direktur Sistem dan Sumber Daya Informasi), Guntur Sarwohadi (CEO Soybean Soft), dan Fachry Bafadal (Founder and Managing Director Onebit. Ketiga panelis menjelaskan secara umum, startup dimulai dari memberi solusi atas suatu masalah. Tentunya masalah ini yang memiliki dampak bagi orang banyak. “Bisnis kuliner atau jualan pulsa, bukan yang kami harapkan di program ini, “ jelas Widyawan.
Sebagai alumni UGM, Guntur, dengan bisnis yang berfokus pada pembuatan game untuk smartphone dan Fachry, yang berfokus pada pembuatan aplikasi, menjelaskan bahwa startup yang mereka rintis bisa eksis sampai tidak lepas dari semangat entrepreneur.
Dengan tidak mengurangi ritme diskusi yang semakin menarik, pertanyaan dari para peserta mengenai teknis pendaftaran cukup banyak, terutama bagi peserta yang merupakan alumni. Adapula pertanyaan bagaimana, memulai startup tanpa adanya suatu masalah. Disatu sisi, ternyata tidak sedikit peserta yang telah merintis bisnis sendiri, seperti kursus bidang studi dan produksi kue atau roti coklat.