Kain batik merupakan kebanggaan Indonesia. Semakin rumit motif batik tersebut, semakin mahal dan semakin lama proses pengerjaannya. Namun, pernahkah kita berpikir bagaimana cara agar dapat memproduksi batik dengan cepat dan hasil memuaskan?
Seorang dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada berhasil menjawab pertanyaan sekaligus tantangan tersebut. Inovasi dari Andi Sudiarso, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D tersebut bernama Butimo yang merupakan mesin batik asli Indonesia yang mampu menghemat waktu proses pembatikan. Jika proses pembatikan manual membutuhkan waktu 6 jam dapat dipersingkat menjadi 3 jam menggunakan mesin canggih ini. Menarik, bukan?
Butimo menyediakan mesin berteknologi custom design batik. Butimo menggunakan penggerak mesin berupa belt atau rack-pinion atau ballscrew dengan pengendali mesin PC-Based Controller. Mesin batik ini dapat diintegrasikan dengan sistem online dan mendukung produksi pada saat itu juga (real time production).
Butimo didesain untuk membantu meningkatkan produktivitas usaha dengan mengurangi lead time sehingga produk yang dihasilkan dalam 1 hari akan lebih banyak, menghemat penggunaan malam yang secara manual membutuhkan 88 gram menjadi 57 gram saja, dan mempertahankan ketembusan malam sebesar 0,21 mm sedangkan secara manual sebesar 0,11 mm.
Lalu, bagaimana nasib para pembatik? Apakah akan tergantikan dengan teknologi Butimo? Jawabannya, tidak. Mesin batik ini memang merupakan gebrakan baru dalam membatik tulis. Namun, tidak serta-merta menggantikan peran para pembatik manual atau tradisonal. Sebaliknya, dengan mesin batik ini diharapkan para pembatik manual atau tradisional mau belajar sehingga mampu mengerjakan proses pembatikan secara efektif dan efisien.
Mesin batik ini masih akan terus dikembangkan karena merupakan generasi pertama. Hingga saat ini, Butimo mampu melakukan proses nglowongi, nemboki, nyeceki, nitiki, nglatari, dan mbironi pada kain batik berukuran 1,15 m x 2,5 m atau lebih besar disesuaikan dengan ukuran meja mesin.
Sumber: ugm.ac.id